Prof. Dr. Ir. Herman Johannes,
sepupu kandung Prof. Dr. W. Z. Johannes, (lahir
di Rote, NTT, 28 Mei1912 – meninggal
di Yogyakarta, 17 Oktober 1992 pada umur 80 tahun) adalah
cendekiawan, politikus, ilmuwan Indonesia, guru besar dan Rektor Universitas
Gadjah Mada (UGM 1961-1966), Serta Pahlawan Nasional Indonesia.
Herman Johannes dilahirkan di Keka, Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, pada tanggal 28 Mei 1912. Ia
menempuh pendidikan setingkat sekolah dasar dan sekolah menengah di Kupang,
Makasar, dan Jakarta. Karena prestasi belajarnya sangat baik selama di AMS (setingkat
SMA), ia mendapat beasiswa untuk mengikuti kuliah di Technische Hogeschool
(THS; Sekolah Tinggi Teknik) di Bandung. Kuliah ini tidak dapat diselesaikan
pada waktunya, sebab pada waktu Jepang menduduki Indonesia, THS dan beberapa
perguruan tinggi lain ditutup. Barulah pada tahun 1946 Johannes memperoleh
gelar insinyur.
Kegiatan kuliah diselingi
Johannes dengan kegiatan dalam organisasi. Bersama beberapa teman-temannya Simon
K. Tibuludji, Izaak Huru Doko, Josef Toelle dan Chris Ndaumanu,
ia mendirikan Timorsche Jongeren yang langsung diketuainya. Organisasi ini
kemudian berganti nama menjadi Perserikatan Kebangsaan Timor (PKT) dan
bertujuan untuk memajukan masyarakat Timor. Pada masa kuliah ini pula sosok
Johannes sebagai ilmuwan mulai tampak. Ia sering menulis karangan ilmiah yang
mendapat perhatian dan pujian dari kalangan akademisi. Karangannya dimuat dalam
majalah De Ingenieur in Nederlandsche Indie yang terkenal sangat selektif dan
diskriminatif dalam menerbitkan karangan ilmiah.
Pada bulan-bulan pertama
revolusi, Herman Johannes berada di Jakarta. Ia aktif membantu para pejuang
menyelamatkan bahan-bahan peledak peninggalan Jepang yang terdapat di beberapa
gudang penyimpanan. Ia juga berperan dalam pengambilan bahan peledak di
Cipatat, dekat Bandung, dan mengirimkannya sebagian ke Yogyakarta.
Pengetahuannya di bidang fisika dan kimia dimanfaatkan untuk merakit senjata
api, antara lain granat.
Pada
bulan November 1945 Herman Johannes pindah ke Yogyakarta. Ia diserahi tugas dan
tanggung jawab untuk membangun dan memimpin Laboratorium Persenjataan Markas
Tinggi Tentara Keamanan Rakyat (MT TKR). Oleh karena bekerja di lingkungan
angkatan perang, ia diberi pangkat mayor. Selain membina laboratorium ini,
Johanes juga disibukkan dengan tugas mengajar, antara lain di Akademi Militer,
Sekolah Tinggi Teknik di Yogya, dan Sekolah Tinggi Kedokteran di Klaten. Pada
waktu Belanda melancarkan agresi militer kedua, ia ikut bergerilya bersama
pasukan Taruna Akademi Militer.
Sesudah
perang kemerdekaan berakhir, Johannes menanggalkan atribut militernya. Ia
bertekad untuk meneruskan pengabdian di dunia pendidikan, khususnya perguruan
tinggi. Namun, selama beberapa bulan dalam kabinet Natsir (September 1950
sampai April 1951), ia bertugas sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Dalam kabinet ini ia mewakili Persatuan Indonesia Raya (PIR) yang ia ikut
mendirikannya pada tahun 1948.
Pengabdian
Johannes di dunia perguruan tinggi lebih banyak berlangsung di Universitas
Gadjah Mada. Jabatannya dimulai sebagai Ketua Fakultas Teknik, kemudian sebagai
Ketua Fakultas Ilmu Pasti dan Alam (FIPA), dan terakhir sebagai Rektor
Universitas Gadjah Mada (1961-1966). Berdirinya FIPA adalah atas gagasan
Johannes.
Selain di bidang teknik, Johannes
juga menaruh perhatian yang besar di bidang ketenagaan, mula-mula pada tenaga
atom, kemudian energi pada umumnya. Khusus mengenai tenaga atom, dua kali ia
mengikuti konferensi internasional sebagai anggota delegasi Indonesia, yakni di
Jenewa tahun 1955 dan Tokyo tahun 1957. Di bidang energi, ia mengkhususkan
perhatian pada masalah minyak bumi. Dengan perkiraan bahwa deposit minyak bumi
semakin lama semakin berkurang, ia mengadakan penelitian untuk mencari bahan
pengganti. Ia menemukan bahwa ilalang dapat dijadikan alternatif pengganti
bensin.
Walaupun
berlatar belakang pendidikan eksakta, ternyata Johannes juga menaruh perhatian
di bidang noneksakta, khususnya bahasa. Pada masa pendudukan Jepang, ia menjadi
anggota Komisi Istilah di bawah pimpinan Sutan Takdir Alisyahbana. Pada tahun
1972-1978 ia menjadi anggota Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia.
Jl. Prof. Dr. Ir. H. Yohanes di kota Jogjakarta,
selain itu juga namanya diabadikan
menjadi nama jalan di Kota Kupang tanggal 29 Juli 2011
dan nama hutan lindung di Amarasi, Kab.
Kupang dengan Hutan Raya Prof. Dr. Ir. Herman Johannes sejak 1996
Di samping kegiatan sebagai
peneliti dan kegiatan di perguruan tinggi, Johannes juga sering terlibat dalam
kegiatan kenegaraan. Pada tahun 1957 sampai 1959 ia menjadi anggota Dewan
Nasional. Tugas sebagai anggota Dewan Perancang Nasional dijalaninya selama
empat tahun (1958-1962). Kemudian, selama sepuluh tahun (1968-1978) ia bertugas
pula sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung. Tugas lain ialah sebagai anggota
Komisi Empat dalam rangka pemberantasan korupsi.
Herman Johannes meninggal dunia pada tanggal 17 Oktober 1992 di Yogyakarta, Ia merupakan ilmuwan yang menguasai beberapa bidang ilmu di samping ilmu yang secara khusus didalaminya di sekolah dan perguruan tinggi. Pengabdiannya kepada bangsa dan negara tidak terbatas hanya pada bidang keilmuannya, tetapi juga meliputi bidang lain. Ia pernah aktif di bidang politik dan di lingkungan militer. Sebagai ilmuwan, ia menghasilkan lebih dari 150 karya tulis, baik yang berbentuk buku maupun artikel. Berkat pengabdian itu, ia menerima penghargaan berupa tanda jasa :
Herman Johannes meninggal dunia pada tanggal 17 Oktober 1992 di Yogyakarta, Ia merupakan ilmuwan yang menguasai beberapa bidang ilmu di samping ilmu yang secara khusus didalaminya di sekolah dan perguruan tinggi. Pengabdiannya kepada bangsa dan negara tidak terbatas hanya pada bidang keilmuannya, tetapi juga meliputi bidang lain. Ia pernah aktif di bidang politik dan di lingkungan militer. Sebagai ilmuwan, ia menghasilkan lebih dari 150 karya tulis, baik yang berbentuk buku maupun artikel. Berkat pengabdian itu, ia menerima penghargaan berupa tanda jasa :
a.
Bintang gerilya (1958)
b. Satya Lencana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan (1961)
c. Satya Lencana Wira Karya (1971)
d. Satya Lencana Karya Satya Kelas I (1975)
e. Bintang Mahaputra Utama III (1973)
b. Satya Lencana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan (1961)
c. Satya Lencana Wira Karya (1971)
d. Satya Lencana Karya Satya Kelas I (1975)
e. Bintang Mahaputra Utama III (1973)
Atas
jasa-jasanya Pemerintah RI menganugerahi Gelar Pahlawan Nasional berdasarkan
Keputusan Presiden RI Nomor : 058/TK/Tahun 2009 tanggal 6 November 2009.